RESUME TEORI PUBLIC RELATIONS
(Teori Sistem, Boundary Spanning, Teori Relantionship Management, Teori Matematika Komunikasi, Teori Uncertainty Reduction, Teori Excellence, Teori Contengency, Teori Strukturasi, Teori Motivasi dan Gaya Manejerial, dan teori Situational of Publics)
Oleh
:
Elisabeth
Elita - 155120201111021
Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik
Universitas
Brawijaya
2017
TEORI SISTEM
Teori
sistem menjelaskan tentang esensi dasar kehidupan, yaitu pentingnya menjalin
hubungan sosial dalam hal ini adalah antara lain organisasi dengan publiknya.
Organisasi merupakan suatu sistem sosial yang kompleks dan rumit karena di
dalamnya saling ketergantungan, berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Jika ada satu sistem yang rusak maka sistem yang lain tidak akan
berfungsi.
Menurut Health (2009, dikutip di
Kriyantono, 2014) teori sistem berguna unutuk memahami proses public relations. Menurut Littlejohn
(dikutip dalam Kriyantono, 2014) mengatakan bahwa teori sistem membahas
hubungan antar bagian dalam organisasi. Teori sistem juga menjadi titik
munculnya teori sibernetika dan teori informasi.
Komunikasi
Sebagai Perekat Sistem
Sebagai
suatu sistem, organisasi memiliki karakterisktik yang dimiliki setiap sistem
sosial, yaitu:
a. Keseluruhan
dan saling bergantungan, bagian di dalamnya saling bersatu dan tidak dapat
dipahami secara terpisah.
b. Hierarki,
satu sistem merupakan bagian dari sistem yang lebih besar.
c. Peraturan
sendiri dan kontrol
d. Pertukaran
dengan lingkungan
e. Keseimbangan
f. Perubahan
dan kemampuan adaptasi
g. Sama
tujuan
Peran
Public Relations dalam menjalain
hubungan
Menurut Lattimore, dkk (dikutip
dalam Kriyantono, 2014) terdapat dua peran praktisi PR yaitu:
1). Hal hal yang menyangkut pekerjaan teknis
seperti menulis press release,
membuat newsletter, fotografi, dll
2).
Peran manajerial, berkaitan dengan mengidentifikasi masalah dan memecahkannya.
Dalam
melaksanakan peran manajerial, PR betindak sebagai:
·
Seorang ahli yang mampu mengidentifikasi
masalah
·
Seseorang yang menjadi mediator dan
fasilitator
·
Seorang yang mampu menjadi partner
FUNGSI
BOUNDARY SPANNING
Dalam pendektan teori sistem,
terjadinya ketengangan antara organisasi dan publik internal maupun ekternal
disebabkan oleh:
a. Tersumbatnya
saluran komunikasi
Jika
ada masalah anatar organisasi dan karyawan, PR dituntut mampu membatasi masalah
agar tidak keluar. PR harus membuka saluran komunikasi yang memungkinkan
karywan untuk berbagi kekesalannya.
b. PR
gagal momosisikan dirinya sebagai “dominant-coalition”
PR
harus menjadi individu atau kelompok yang memilki pengaruh besar dalam
pengambilan keputusan. Agar fungsi “dominant-coalition”
berjalan baik RP diharapkan tidka hanya menampung keluhan tetapi juga berani
menyampaikan kepada manajer.
c. Hubungan
media yang kurang baik
Tersumbatnya
saluran komunikasi dengan media terjaid bila akses media untuk memperoleh
informasi terbatasi, media tidak puas terhadap infromasi yang disampaikan.
Aktivitas
melaksanakan fungsi boundary spanning yang dilakukan PR yaitu:
·
Menjelaskan informasi tentang organisasi
kepada publik
·
Memonitor lingkungan sehingga mengetahui
apa yang terjadi dan menginterpretasi isu potensial
·
Membangun sistem komunikais dua arah
dengan publiknya
TEORI
RELATIONSHIP MANAJEMEN
Menurut Ledingham;Botan&Hazelton
(dikutip dalam Kruyantono, 2014) teori ini berfokus pada proses memajemen
relasi antar organisasi dengan publiknya baik internal maupun eksternal karena
teori ini dikenal sebagai pusat atau init PR. Teori ini dikenal sabgai teori
OPR (Organization-Public Relationship)
karena menciptakan keseimbangan kepentingan anatar organisasi dengan publiknya.
OPR menganggap komunikasi digunakan untuk menstimuli publik unutk bersama sama
menciptakan makna dan menekankan membangun relasi dengan semua publik.
Menurut Kriyantono (2014) teori
relationship management harus memilki beberapa prinsip dasar berikut ini:
·
Fokus utama PR yaitu membangun relasi
·
Relasi yang berhasil jika didasarkan
upaya meraih keuntungan bagi organisasi dan publik.
·
OPR bersifat dinamis sehingga selalu
berubah tiap saat
·
Relasi didorong oleh kebutuhan dan
keinginan dari organisasi dan publik
·
Manejemn OPR yang efektif akan
menignkatkan pemahamam dan keuntungan bagi organisasi dan publik
·
Keberhasilan OPR diukur berdasarkan
kualitas relasi
·
Komunikasi adalah alat strategi
memanajemen relasi
·
OPR dipengaruhi oleh relasi, sifat
interaksi frekuensi pertukaran dan resiprositas
·
OPR dikategorikan ke beberapa jenis
yaitu, relasi personal, relasi preofesional, relasi komunitas
·
Penciptaan relasi dapat terjadi dalam
berbagai aspek kajian dan pratik PR
TEORI
MATEMATIKA KOMUNIKASI
Teori informasi digagas oleh dua
ahli matematika yaitu, Shannon dan Weaver. Teori ini memggambarkan proses
komunikasi antar manusia sebagai proses transmisi yang linier anatar
komunikator kepada komunikan. Shannon dan Weaver mengenalkan beberpa konsep
yang saling berkaitan yaitu, gangguan, transmitter, sumber, signal, reciever, destination, entropi
dan informasi.
Pertama, pesan disusun oleh sumber
informasi lalu pesan tewrsebut di transmisi oleh transmitterdan diubah menjadi
sinyal agar dapat dimngerti.
Model tersebut menjelaskan komponen komunikasi
ketiga, yaitu channel. Channel diartikan sebagai medium bagi
perjalanan pesan. Receiver adalah
alat untuk menerima sinyal yang dikirim oleh sumber informasi. Noise adalah segala sesuatu yang
mendistorsi pesan yang dimaksudkan oleh sumber atau segala yang menggangu
penerima saaat menerima pesna
Teori
Informasi dalam praktik PR
Berbagai gangguan yang menghambat dalam prsoes
komunikasi anatara organisasi dengan publiknya dpaat menyebabkan kesalahan
persepsi sehingga pesan yang disampaikan PR ternyata dipersepsi berbeda oleh
publiknya. Dengan Teori Informasi Matematika, Praktisi PR dapat menangani
berbagai jenis noise atau gangguan
dalam merancang program komunikasinya.
TEORI
UNCERTAINTY REDUCTION
Teori ini menyatakan bahwa hidup ini
penuh keragu-raguan yang membuat ketidakjelasan. Teori ini berguna untuk
mengurangi keragu-raguan dan tidakpastian saat berkomunikasi dengan orang lain.
Komunikasi merupakan alat untuk
mengurangi ketidakpastian, setidaknya ada dua peran komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang lawan bicara. Semakin banyak
persepsi anda ketika berbicara dengan orang baru, semakin membuat anda berada
dalam situasi ketidakpastian.
2. Komunikasi
digunakan untuk membuat prediksi atau penejelasan tentang makna perilaku lawan
bicara.
Informasi
merupakan alat yang dapat mengurangi ketidakpastian akan situasi tertentu.
Semakin banyak informasi yang anda dapatrkan, semakin berkurang ketidakpastian
anda. Informasi ada dua jenis yaitu verbal dan non verbal. Keduanya saling
memengaruhi dalam proses mengurangi ketidakpastian ini. Beberapa kondisi yang
membuat anda ingin mengurangi ketidakpastian sangat tinggi dan ingin
(termotivasi) mengetahui banyak informasi. Beberapa kondisi itu anatar lain:
a. Prediksi
bahwa and akan berkomunikasi dengan orang lain tersebut di waktu lain yang akan
datang
b. Anda
merasa bahwa berkomunikasi dengan seseorang menghasilkan keuntungan bagi anda
c. Bila
anda berinteraksi dengan oorang yang mempunyai perilaku yang tidak lazim atau
abnormal menurut anda
Berger
dan Bradag (dikutip di Kriyantono 2014) mengembangakna TUR dengan membangun dua
jenis ketidakpastian, yaitu:
·
Ketidakpastian perlaku. Berkaitang
dengan ketidakpastian akan perilaku mana yang seharusnya seseorang lakukan
·
Ketidakpastian kognisi. Berkaitan dengan
ketidakpastian tentang apa yang mesti dipikirkan tentang sesuatu atau orang
lain.
Menurut
Berger (1979, dikutip di Kriyantono, 2014) ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian, yaitu:
a. Strategi
pasif = terjadi jika seseorang hanya mengamati perilaku orang lain.
b. Strategi
aktif = terjadi jika seseorang aktif mencari informasi tentang orang lain
melalui pihak ketiga
c. Strategi
interaktif = secara langsung bertanya tanya dengan orang yang menjadi target
komunikan.
Berger
dan Calabrese (1975, dikutp di Kriyantono, 2014) , menjelaskan aksioma teori
uncertainty reduction:
1. Hubungan
ketidakpastian dengan komunikasi verbal
2. Hubungan
ketidakpastian dengan komunikasi non verbal
3. Hubungan
ketidakpastian dengan pencarian informasi
4. Hubungan
ketidakpastian dengan keakraban
5. Hubungan
ketidakpastian dengan resiprositas
6. Hubungan
ketidakpastian dengan persepsi akan kesamaan dan ketidaksamaan
7. Hubungan
ketidakpastian dengan perasaan suka
Menurut
Heath (2005, dikutip di Kriyantono, 2014) menyarankan PR untuk meminimalkan
ketidakpastian dengan menrapkan startegi komunikasi seperti berikut:
·
Mengumumkan berbagai perubahan sendini
mungkin bagi semua publik yang mungkin merasakan dampak perubahan
·
Memfasilitasi partisipasi staf dalam
proses pengambilan keputusan untuk menyelesaikan suatu masalah
·
Menjaga agara aliran informasi terjadwal
dengan baik.
·
PR harus menjelaskan segala kebijakan
atau keputusan yang diambil manajemen.
·
Selalu menjaga kepercayaan publik
terhadap organisasi
TEORI
EXCELLENCE
Model
Public Relations mengindentifikasi empat model, yaitu:
1. Model
Press Agentry / Publisitas
Proses
diseminasi informasi bergerak satu arah dari organisasi kepada publiknya. PR
lebih banyak melakukan propaganda atau kampanye untuk tujuan publisitas media
yang menguntungkan pihaknya. Tujuan model ini untuk mendapatkan liputan media.
2. Model
Public Information
Tujuan
model ini yaitu membangun kepercayaan publik melalui komunikasi satu arah
dengan memberikan informasi kepada publik tetapi tidak mementingkan persuasuf
untuk mengubah sikap. Gruning & Hunt (1984, dikutip di Kriyantono 2014)
3. Model
two way asymmetric
Gruning
& Hunt (1984, dikutip di Kriyantono 2014) menganggap model ini sudah menerapkan
komunikasi dua arah. Model ini lebih mengarahkan strategi komunikasi
organiusasi untuk mempengaruhi publik beradaptasi dengan organisasi bukan
sebaliknya
4. Model
two way symmetric
Model
ini adalah model yang ideal, karena mengutamakan dialog secara penuh dengan
publiknya serta fokus pada upaya membangun hubungan dan pemahaman bersama bukan
berupa memersuasi publik dengan berbagai cara. Organisasi menganggap publik
mejadi sumber.
Model asymmetric biasanya terjadi padas
organisasi yang mempunyai karakterisktik yaitu, berorientasi internal, sistem
tertutup, menganggap efesiensi dan kontrol atas segala biaya lebih penting
daripada kebutuhan akan inovasi, bersifat elitisme, konservatif, bersifat
kewenangan terpusat; sementara model symmetric adalah interdependen, sistem
terbuka bergerak maju menuju ekuilibrium, mempunyai sifat kesetaraan yang
tinggi, memberikan otonomi kepada anggota organisasi untuk kreatif dan
inovatif, lebih mengedepankan invosai daripada fokus pada tradisi,
desentralisasi manajemen, setiap anggota organisasi menyadari konsekuensi dari
tiap tindakannya.
Teori
Excellence di Public Relations
Dari model Press Agentry, Public Information dan two way asymmetric
menejlaskan fenomena, event atau aktivitas yang benar benar ada dalam kenyataan
di masyarakat. Ketiga model ini sering diterapkan dalam praktik PR saat ini.
Sedangkan teori symmetric menyarakan bagaimana seharusnya aktivitas PR
dipraktikan secara lebih etis dan efektif. PR harus etis dalam menjalan
profesinya.
TEORI
CONTINGENCY
Teori Contingency of Accomdation in
PR (CA) berkembang atas kritik model two way symmetric dalam teori excellen in
PR. Akomodasi adalah situasi ketika praktisi PR berupaya memenuhi kebutuhan
organisasi dan publiknya melalui dialog, negosiasi dan kompromi. Advokasi yaitu
situasi ketika praktisi PR berusaha memenuhi keutuhan organisasi dan publiknya
dengan cara mengurangi atau menidakan kebutuhan pihak lainnya. Teori CA
mengatakan bahwa win-win solutions ditawarkan model two-way symmetric tidak
selamanya merupakan kondisi ideal bagi organisasi, bahkan sulit mencapainya.
Teori ini secara umum menjelaskan
bahwa hubungan organisasi dan publiknya tidak dapat benar benar mencapai posisi
two way symmetric. Teori CA lebih
tegas dari teori excellence karena
memberi batasan tentang posisis organisasi saat menjalin relasi dengan publik.
Variabel
teori Contigency of Accomodation
Variabel internal disini adalah
faktor internal organisasi seperti karakterisktik organisasi, situasi
departemen PR, karakteristik individual praktisi PR, karakteristik koalisi
dominan, termasuk juga ancaman. Sedangakn variabel eksternal organisasi seperti
lingkungan industri, karakteristik, publik eksternal, ancaman ektsternal,
regulasi,, maupun isu eksternal.
Aplikasi
teori CA dalam penelitian dan Pratik PR
PR
pada saat tertentu dapat menerapakan strategi secara bergantian bersikap
akomodatif atau bersikap advokatif, tergantung variabel mana yang lebih dominan.
Dalam bidang penelitian, banyak peluang tema yang dpaat dilakukan untuk menerapkan
teori CA bagi pengembangan ilmu PR terutama di konteks Indonesia.
TEORI
STRUKTURASI
Teori ini digagas oleh Anthony
Giddens pada 1984 dan dibangun berdasarkan
teori interaksi sosial. Teori ini memandang bahwa individu mempunyai kemampuan
mengubah struktur sosial. Struktut dalam sistem sosial seperti norma norma
kelompok, jaringan komunikasi, institusi sosial ataupun pergaulan memengaruhi
perilaku individu. Teori ini untuk menerangkan proses komunikasi organisasis
karena memungkinkan untuk mendeskripsiskan bahwa organisasi diproduksi,
direproduksi dan ditransformasi melalui penggunaan aturan sosial.
Asumsi
teori strukturasi
Berdasarkan
pendapat Giddens (1979, dikutip di Kriyantono 2014) terdapat beberapa asumsi
pokok teori strukturasi:
1. Manusia
adalah aktor (agent) yang menentukan
pilihan sendiri atas perilakunya
2. Organisasi
diproduksi dan di reproduksi melalui struktur yaitu penggunaan aturan dan
sumber daya
3. Struktur
beukanlah entitas fisik
4. Struktur
bersifat dinamis, maka struktrus daslam organisasi baukan hanya dibentuk pada
awalnya saja
5. Struktur
sering dipinjam dari kelompok yang lebih besar
6. Teori
struktur mengasumsikan bahwa semua interaksi sosial memmuat tiga elemen yaitu,
pemaknaan, moralitas, dan kekuasaan
Teori
strukturasi dalam praktik PR
Proses PR dipandang sebagai prsoes
yang mendukung semua level di dalam organisasi bukan fungsi top manajemen yang
terisolasi. Peran PR yaitu mengakomodasi dan mengarahkan proses strukturasi
agar tidak melenceng darti tujuan organisasi. Teori ini memandang PR sebagai
kekuatan komunikasi yang melayani terjadinya reproduksi dan transformasi suatu domnian dari suatu
organisasi.
TEORI
MOTIVASI DAN GAYA MANAJERIAL
1. Teori
Hirarki Kebutuhan
Ada
beberapa tingkatan kebutuhan manusia yaitu (1) kebuthan fisiologi, (2) kebutuhan
keamanan dan keselamatan, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan akan penghargaan
diri, (5) aktualisasi diri. Karyawan akan termotivasi tinggi jika semua kebuthannya
terpenuhi.
2. Teori
X dan Y
Teori
X menjelaskan sebagai upaya untuk mengelola orang denagn memotivasi mereja
sejak awal dengan kekuatan fisik dan kekuasaan. Teori Y berasumsi setiap indivisu
mempunyai pembawaan fisisk tidak suka bekerja, karena itu pemberian motivasi
dari eksternal sangat diperlukan
3. Teori
V
Teori
ini memandang proses manajerial sebagai proses relasi dua arah. Manajer maupun
karyawan mempunyai peran yang sama sama penting dalam proses manajerialnya.
4. Teori
kesehatan-motivator
Motivator
dan kesehatan merupakan faktor kepuasan dan ketidakpuasan kerja. Yang termasuk
faktor motivator adalah pengharagaan, tanggung jawab, kemauan, pekerjaan,
prestasi kerja, dll. Sedangkan kesehatan adalah gaji, supervisi, kemanan kerja,
kondisi lingkungan kerja, dll.
Empat
gaya manajerial dari Linkert:
1. Gaya penguasa mutlak
2. Gaya
semi mutlak
3. Gaya
penasihat
4. Gaya
pengajak serta
Aplikasi
teori Motivasi dalam praktik PR
Sangat penting bagi PR mengetahui
dan memahami motivasi karyawan. Pertama,
PR memahami apakah kebutuhannya sudah terpenuhi apa belum. Kedua,
menyampaikan kebutuhan karyawan ke manajemen. Ketiga, merancang program
komuniksi yang bisa mendororng peningkatran motivasi kerja. Keempat, mendorong
iklim komunikasi yang kondusif.
TEORI
SITUATIONAL OF PUBLICS : teori tentang publik
Teori ini bermanfaat untuk
mengidentifikasi publik sehingga dapat membuat kategori publik berdasarakan
perilaku komunikasi dari individu dan efek komunikasi yang diterima individu
tersebut. Secara umum teori ini mendeskripsiskan sikap dan perilaku komunikasi
dari publik terhadap organisasi.
Menurut
Grunig (1979, dikutip di Kriyantono 2014) teori situational of the Public (STP)
mempunyai beberapa asumsi dasar yaitu:
1. Individu
yang berbeda diasumsiakn mempunyai perilaku yang lebih konsisten dan cenderung
sama jika mereka berada pada situasi sama
2. Persepsi
seserorang pada situastu akan menentukan kapan dia merespons, mengapa dia
merespons, dll
3. Setiap
individu berusaha beradaptasi dengan suatu situasi dalam cara tertentu
4. Publik
bersifat situational tergantuing pada
situasi yang dihadapi
5. Masalah
atau isu bersifat dinamis.
Grunig
(1979, dikutip di Kriyantono, 2014) membagi populasi menjadi tiga macam tipe
publik yaitu:
1. Publik
tersembunyi = sekelompok orang yang sebenarnya mempunyai permasalaahn yang
sama, tetapi tidak dapat mengidentifikasi dan tidak merespons.
2. Publik
terindentifikasi = perkembangan dari publik tersembunyi, jika kelompok itu
kemudian menyadari dan dapat mengidentifikasi masalah maka kelompok itu
berkembang menjadi “aware publik”
3. Publik
aktif = sekelompok orang yang
mendiskusikan dan merepons permasalahan itu dengan mengeluarkan opini atau
melakukan aksi aksi tertentu.
Variabel
perilaku komunikasi dan persepsi situasional
1. Variabel
Independen : Persepsi situasional
Variabel
ini menjelaskan satu atau lebih variabel dependen. Variabel ini dapat digunakan
untuk menejelaskan kemungkinanan perilaku yang akan terjadi, situasi dimana
pemrosesan informasi akan terjadi dan disituasi mana pencarian informasi
terjadi, mengidentifikasi publik, mendeskripsikan perilaku komunikasi dari
publik yang sudah diidentifikasi (Kriyantono, 2014)
2. Variabel
Dependen : Perilaku Komunikasi
Teori
STP mendefinisikan perialku komunikasi sebagai “bagaimana anggota publik
memersepsi situasi dimana mereka dipengaruhi oleh konsekuensi organisasi”
menurut Grunig & Hunt (1984, dikutip di Kriyantono 2014)
Teori
Situasional dalam praktik dan penelitian PR
Teori ini menjadi dasar PR untuk
dapat mengidentifikasi dan mengantisipasi, apakah individu mempunyanyi motivasi
dan kemampuan untuk menajga kepentignan atau ketertarikannya sebagai anggota
publik dari organisasi. PR dapat mengidentifikasi kondisi publik apakah dia
lantent, aware, aktif atau nonpublik.
DAFTAR PUSTAKA
Kriyantono, R. (2014). Teori public relations perspektif barat dan lokal: Aplikasi penelitian & praktik.
Jakarta: Prenada Media.
Komentar
Posting Komentar