RESUME JURNAL
Developing a Culturally-Relevant Public Relations
Theory for Indonesia
Oleh :
RACHMAT KRIYANTONO
Universitas
Brawijaya Indonesia
BERNARD MCKENNA
University of
Queensland Business School Australia
Tulisan
ini berisi hasil review saya terhadap jurnal
Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia yang ditulis Rachmat Kriyantono dan Bernard McKenna. Tujuan review ini adalah untuk mengetahui dominasi dari perspektif barat serta fungsi dan hasil kearifan
lokal dalam praktik PR.
DOMINATION OF WESTERN PERSPECTIVE
Menurut Dissanayake (1988) mengatakan bahwa berbagai negara di Asia Tenggara itu
menggunakan teori-teori yang berasal dari Amerika. Teori – teori yang berasal
dari Barat telah di gunakan secara mendunia. Di antara 27 teori hubungan
masyarakat yang merupakan teori-teori
komunikasi yang
dipinjam, tidak satupun diantaranya merupakan perspektif Timur atau Indonesia
(Kriyantono, 2014).
Beberapa
peneliti telah menemukan bahwa bebebrapa negara di Asia telah membuat teori
komunikasi berdasarkan perspektif mereka seperti Teori Komunikasi Cina, Teori Komunikasi
India, Teori Harmony Chinese, Teori
Komunikasi Konghucu, Teori Kuuki Jepang, dan Teori Komunikasi Tao. Perpektif
tersebut dibuat dan diseusaikan berdasarkan perilaku komunikasi di negaranya
sendiri baik komunikasi modern maupun tradisional. Dan juga budaya. Tetapi
sangat disayangkan bahwa Indonesia belum menciptakan teori berdasarkan
perpektif Indonesia itu sendiri.
Prinsip dasar dari Public Relations dalam
perspektif Barat adalah untuk mengatakan kebenaran. Penerapan
prinsip tersebut dapat didasari oleh perpektif lokal dari suatu negara dengan
budaya mereka sendiri untuk mengatakan sebuah kebenaran.
Saya
setuju mengenai pemaparan Kriyantono dan McKenna diatas, Seharsunya para ahli
komunikasi khususnya dibidang Public
Relations membuat dan menciptakn toeri berdasarkan perspektif dari
Indonesia agar cocok dengan budaya kita sendiri.
Kearifan lokal adalah
pengalaman lokal dan ide-ide dari kebijaksanaan dan kebaikan nilai-nilai yang
diinternalisasi di antara generasi dalam suatu masyarakat tertentu (Radmilla,
2011). Nilai nilai tersebut dianggap benar oleh masyarakat dan dijadikan sebagai
acuan dalam bertindak. Kearifan lokal tidak dapat dipisahkan oleh masrakat itu
sendiri kan merupakan cerminan dari masyarakat. Kearifan lokal biasanya disebarkan melalui
dongeng, legenda, lagu tradisional, peribahasa, mulut ke mulut, dll.
Kearifan lokal telah
menjadi tradisi untuk membimbing kehidupan masyarakat karena mereka dibangun
dari integrasi nilai-nilai dan budaya masyarakat, sistem kepercayaan teistik,
dan aspek geografis (Kriyantono, 2014). Dalam kegiatan public relations, kearifan lokal ini
harus menjadi dasar untuk mengembangkan kegiatan tanggung jawab sosial (CSR) dan pemasaran sosial
perusahaan, kegiatan telah melakukan hal-hal yang baik dan bermakna bagi
masyarakat (Kriyantono & McKenna, 2017).
Salah satu
contoh kearifan lokal yang ada di Indonesia adalah kebersamaan bukan
individualis seperti di barat, oleh karena itu penerapan Public Relations harus berdasarkan kearifan lokal seperti contohnya
organisasi
harus dibangun sebagai dasar kebersamaan dan kerjasama dengan kedekatan
hubungan antar anggota. Dengan begitu setiap anggota dapat nyaman dan merasa
seperti di rumah ketika berkerja dalam suatu organisasi.
RESULTS AND DISCUSSION
A. Musyawarah
mufakat cara Indonesia membuat keputusan
Indonesia memiliki cara
tersendiri dalam mengambil keputusan yaitu dengan cara negosiasi dengan
musrawarah yang mufakat. Dalam Pancasila juga disebutkan bahwa voting bukan
jalan terbaik untuk mengambil keputusan tetapi dengan cara musyawarah mufakat.
Komunikasi ini dianggap efektif karena memungkinkan terjadinya komunikasi dua
arah di dalamnya dan juga negosiasi dengan musyawarah mufakat dapat
menguntungkan kedua belah pihak.
Musyawarah
mufakat yang terdiri dari beberapa prinsip yaitu, pertama, wani ngalah, luhur wekasane (untuk memberi
jalan kadang-kadang lebih baik mengalah untuk kepentingan banyak orang). Kedua, organisasi
dalam konteks Indonesia harus siap menghadapi resiko buruk ketika akar masalah
bisa dihilangkan. (Kriyantono & McKenna, 2017)
B.
Menjaga hubungan timbal balik berdasarkan haromi dalam
sistem
Harmoni adalah hidup rukun dan tentram seacar bersama sama anggota
didalamnya walaupun berbeda -beda.
Seorang Public Relations harus
mengusahakan menciptakan harmoni di dalam suatu organisasi. Menurut saya hal
tersebut dapat membuat anggota didalamnya
merasa nyaman dan betah berada di dalam organisasi tersebut dan marasa seperti
di rumah.
Harmoni akan terjadi jika ada kebersamaan di dalam
organisasi itu sendir. Praktisi Public
Relations dapat mengupayakn hal seperti beberapa kegiatan
sederhana, Gathering,
salam, arisan dan berbagi makanan.
Tidak hanya pihak inernal saja
yang merasakan kebersamaan, tetapi juga pihak eksternal. Organisasi harus
bersiap baik dan ramah terhadap masrakat di sekelilingnya agar dapat meciptakan
harmoni bagi pihak eksternal. Sebuah strategi komunikasi yang berhubungan dengan
masyarakat dari perspektif Indonesia bisa dilakukan dengan menerapkan pepatah
dari silih asah, silih asih, silih asuh (mengajar, cinta, dan menjaga satu sama
lain) (Kriyantono & McKenna, 2017)
C.
Indonesian
Perspective for Declaration of Principle (Tell the Truth)
Prinsip utama Public Relations adalah Tell the Truth atau katakan sebuah
kebenaran. Hal tersebut bertujuan untuk memmbangun kepercayaan kepada publiknya
baik internal maupun eksternal. Informasi yang benar yang disampaikan oleh Public Relations akan mendapatkan
kepercayaan dari publiknya. Hal itu penting karena berguna untuk menciptakan
kerjasama dan juga dukungan publik.
Saya mau menambahkan bahwa “Tell the truth” atau katakan sebuah
kebeneran merupakan sebuah karakter khas bangsa Indonesia. Karena meurut
Indonesia, Tuhan merupakan panutan dan landasan dalam berperlau. Tercantum juga
didalam Pancasila sila pertama yaitu, KeTuhanan yang Maha Esa.
D.
Blusukan as tool
of communication facilitator
PR merupakan sebuah cerminana
dari suatu perusahaan. Oleh karena itu Praktisi PR dituntut memilki sikap yang
baik, berintegritas dan menrepakan etos kerja. Hal kecil yang dapat dilihat
dari PR adalaha bagaimana cara ia berpakaian.
Fungsi penting dan utama dari
seorang praktisi Public Relations adalah
untuk menjaga dan memperthankan moralitas dan sopan santun yang baik dalam
sebuah organisasi. Lalu, seorang PR harus mampu mendengarkan kritik, saran,
pendapat dan juga keluh kesah dari anggota di dalamnya. Hal tersbut dapat
dilakukan jika praktisi PR tidak hanya berdiam diri tetapi PR harus melakukan “blusukan” ke
setiap anggota organisasi.
Blusukan
mirip dengan konsep Barat pengelolaan dengan berjalan sekitar karena fungsi
mereka adalah tular gethok, namun perspektif Indonesia
lebih berfokus pada aspek emosional, seperti sambung roso, untuk membangun
hubungan. Dan meminimalisasi kesalahan persepsi. (kriyantono &McKenna, 2017).
Menurut saya hasil yang di
paparkan oleh Kriyantono dan McKenna sudah sangat lengkap dan jelas.
Menurut saya dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
Prinsip public Relations yang berlaku
secara universal itu dapat berlaku dan dapat diterapkan di Indonesia tetapi
akan lebih baik jika menggunakan prinsip dan perspektif dari Indonesia itu
sendiri, karena sesuai dengan norma dan budaya yang berlaku di Indonesia.
Secara umum, tulisan Kriyantono dan McKenna telah bisa memberikan pengetahuan baru tentang bagaimana kearifan lokal dari
Idonesia dan juga perspektif timur dapat digunakan dalam partik Public Relations.
Daftar Pustaka
Kriyantono,R., Mckenna,B. (2017). Developing a culturally-relevant public relations theory for indonesia. Jurnal Komunikasi Malaysian journal of communication Jilid 33 (1) 2017: 1-16
Kriyantono,R., Mckenna,B. (2017). Developing a culturally-relevant public relations theory for indonesia. Jurnal Komunikasi Malaysian journal of communication Jilid 33 (1) 2017: 1-16
Komentar
Posting Komentar