RESUME JURNAL

Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for Indonesia
Oleh :
RACHMAT KRIYANTONO
Universitas Brawijaya Indonesia
BERNARD MCKENNA
University of Queensland Business School Australia


DOMINATION OF WESTERN PERSPECTIVE
Penelitian Dissanayake ini (1988) menunjukkan bahwa  di negara-negara Asia Tenggara  bahwa 71 persen  bahan yang digunakan dalam kursus pengajaran teori komunikasi adalah berasal dari Amerika. Fakta tetap menunjukkan bahwa teori-teori komunikasi Barat telah diterapkan secara global sebagai norma universal untuk kegiatan komunikasi selama beberapa dekade ini (Ayish, 2003).
            Dalam sepuluh tahun terakhir ini sudah banyak artikel yang membahas Public Relations dalam perspektif asia tetapi masih saja sangat sedikit penggunaan bukti empiris tentang praktek-praktek Public Relations di dunia. Di antara 27 teori hubungan masyarakat, berasal dan teori-teori yang dipinjam, tidak satupun dari mereka adalah perspektif Timur atau Indonesia (Kriyantono, 2014).
            Ayish (2003); Dissayanake (2003); Gunaratne (2009); Raharjo (2013), telah menemukan bahwa beberapa negara Asia telah menciptakan teori-teori komunikasi dari perspektif mereka sendiri, seperti Cina Teori Komunikasi, Teori Komunikasi India, Teori Harmony Chinese, Teori Komunikasi Konghucu, Teori Kuuki Jepang, dan Teori Komunikasi Tao. Teori Komunikasi  Asia biasanya berasal dari drama rakyat, risalah klasik, dan model lain dari komunikasi tradisional dan perilaku komunikasi di negara-negara Asia (Dissayanake, 1988; Gunaratne, 2009).
            Indonesia merupakan sebuah negara di Asia tetapi tidak ada teori tunggal yang muncul dari perspektif Indonesia menurut Dissayanake ini (1988), Gunaratne (2009), dan (2005) Wu. Meskipun beberapa Teori Barat Humas masih  bersifat universal dan generik (McQuail, 2000), mereka telah disesuaikan atau diterapkan pada konteks budaya yang berbeda dan keadaan dari asal-usul mereka (Huang-Horowitz, 2012; Kriyantono, 2015; Wu, 2005).
            Perkembangan teoritis Public Relations harus mampu secara luas mencerminkan berbagai aplikasi perusahaan aktual dalam konteks budaya dan bukan hanya hak istimewa Barat (Curtin & Gaither, 2005). Sebagai contoh, prinsip dasar dari Public Relations dalam perspektif Barat adalah untuk mengatakan kebenaran (J. E. Grunig & Hunt, 1984). Konsep ini bisa universal sebagai dasar moral bagi profesi public relations. Namun, penerapan prinsip ini perlu disesuaikan untuk konteks budaya yang berbeda (Gudykunst & Lee, 2002; Mulyana, 2010; Rogers, 1997).
           
LOCAL WISDOM IS EMPIRIC AND PRAGMATIC
Kearifan lokal adalah pengalaman lokal dan ide-ide dari kebijaksanaan dan kebaikan nilai-nilai yang diinternalisasi di antara generasi dalam suatu masyarakat tertentu (Radmilla, 2011). Nilai nilai tersebut dianggap benar oleh masyarakat dan dijadikan sebagai acuan dalam bertindak. Hal ini biasanya disebarkan melalui berbagai saluran komunikasi tradisional, seperti legenda, dongeng, cerita rakyat, komunikasi dari mulut ke mulut (Indonesia: gethok tular), drama tradisional, lagu, dan peribahasa.
Kearifan lokal telah menjadi tradisi untuk membimbing kehidupan masyarakat karena mereka dibangun dari integrasi nilai-nilai dan budaya masyarakat, sistem kepercayaan teistik, dan aspek geografis (Kriyantono, 2014). Dalam kegiatan public relations, kearifan lokal ini harus menjadi dasar untuk mengembangkan kegiatan tanggung jawab sosial dan pemasaran sosial perusahaan, kegiatan telah melakukan hal-hal yang baik dan bermakna bagi masyarakat (Kriyantono & 2017).
Kearifan lokal yang ada di Indonesia lebih berfokus pada kebersamaan bukan individualis, oleh karena itu penerapan Public Relations berdasarkan kearifan lokal adalah organisasi harus dibangun sebagai dasar kebersamaan dan kerjasama dengan kedekatan hubungan antar anggota.

RESULTS AND DISCUSSION
a.      Musyawarah mufakat as Indonesian decision making
Menurut Pancasila, musyawarah mufakat adalah strategi utama untuk membuat keputusan daripada voting. Proses pengambilan keputusan ini harus menghindari voting dengan melakukan musyawarah mufakat yang terdiri dari beberapa prinsip yaitu, pertama, wani ngalah, luhur wekasane (untuk memberi jalan kadang-kadang lebih baik mengalah untuk kepentingan banyak orang). Kedua, organisasi dalam konteks Indonesia harus siap menghadapi resiko buruk ketika akar masalah bisa dihilangkan. Negosiasi dengan musyawarah mufakat (rembug) adalah karakter Indonesia.
b.      Maintain mutual relationships based on harmony in system
Sebagai bagian dari sistem sosial, proses public relations harus mengarahkan organisasi untuk mencapai harmoni dalam sistem di mana ia beroperasi. harmoni ini dikenal sebagai runtut raut sauyunan, yaitu hidup rukun dan damai bersama-sama. Organisasi harus positif dalam sikapnya terhadap masyarakat, termasuk pesaing dan kelompok penekan terlepas dari apakah mereka mendukung atau menentang organisasi. Harmoni akan terjadi jika ada kebersamaan di dalam organisasi itu sendiri seperti beberapa kegiatan sederhana dan spontan, seperti salam, arisan dan berbagi makanan. Sebuah strategi komunikasi yang berhubungan dengan masyarakat dari perspektif Indonesia bisa dilakukan dengan menerapkan pepatah dari silih asah, silih asih, silih asuh (mengajar, cinta, dan menjaga satu sama lain).
c.       Indonesian Perspective for Declaration of Principle (Tell the Truth)
Katakan prinsip kebenaran adalah dasar dalam praktik yang public relations untuk membangun kepercayaan (J. E. Grunig & Hunt, 1984; Lattimore et al, 2007.). Dengan memberikan informasi yang benar, sebuah organisasi akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi dan untuk mendapatkan kepercayaan publik yang akan merangsang dukungan publik dan kerjasama. Kebenaran dan kejujuran adalah sangat penting sebagai landasan hidup karena dari perspektif Indonesia, karakter Tuhan menuntun perilaku manusia.
d.      Blusukan as tool of communication facilitator
PR adalah presentasi hidup dari karyawan dalam kegiatan sehari-hari termasuk cara berpakaian, berperilaku dengan integritas dan mengadopsi etos kerja. Dengan demikian fungsi penting humas adalah untuk mempertahankan moralitas yang baik dan sopan santun dalam sebuah organisasi. PR dianggap sebagai terlibat dalam interaksi sehari-hari antara karyawan untuk berbicara dan mendengar keluhan dan pendapat. Blusukan mirip dengan konsep Barat pengelolaan dengan berjalan sekitar karena fungsi mereka adalah tular gethok; Namun perspektif Indonesia lebih berfokus pada aspek emosional, seperti sambung roso, untuk membangun hubungan.

LOCAL PERSPECTIVES TOWARD TWO BASIC PROPOPOSITIONS OF PUBLIC RELATIONS
Public Relations memiliki dua proposisi yaitu, PR sebagai fungsi manajemen dan PR bertanggung jawab untuk mengelola hubungan antara organisasi dan publik. Indonesia memiliki karakteristik Asia menekankan tanggung jawab timbal balik antara individu dan masyarakat. Organisasi harus mengembangkan teposliro (sikap merasa perasaan publik). Prinsip teposliro diwakili dalam pepatah ojo rumongso biso, kudu biso rumongso (Jangan merasa bahwa Anda bisa, tetapi Anda harus dapat merasakan).
CONCLUSION
Telah terbukti bahwa public relations dalam konteks Indonesia dapat dilakukan sesuai dengan kearifan lokal. Budaya, tradisi, dan norma-norma moral suatu negara dapat dipertahankan meskipun negara itu dapat mengalami transformasi cepat menuju perekonomian dan gaya hidup yang lebih ke Barat.

Daftar Pustaka

Kriyantono, R., Mckenna, B. (2017). Developing a Culturally-Relevant Public Relations Theory for                Indonesia.  Jurnal Komunikasi Malaysian Journal of Communication Jilid 33(1) 2017: 1-16

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Integrasi Informasi